Jumat, Desember 12, 2008

Senat Tolak Bailout Otomotif, 'Big Three' di Ujung Tanduk

Jumat, 12/12/2008

Washington - Senat AS gagal mencapai kesepakatan untuk pemberian bailout senilai US$ 14 miliar ke sektor otomotif. Nasib tiga raksasa otomotif AS atau 'Big Three' pun kini di ujung tanduk.

Para anggota Senat AS gagal mencapai kesepakatan terutama soal penurunan gaji. Sebagai bagian dari pemberian bailout US$ 14 miliar, Senat dari Republik menuntut gaji pekerja otomotif AS disamakan dengan pekerja asing pada tahun depan. Namun tuntutan itu mendapat tentangan dari Serikat Pekerja.

"Saya sangat kecewa bahwa kita tidak dapat mencapai satu kesepakatan. Kita sudah mencoba sangat, sangat keras untuk mencapai satu titik dimana kita dapat membuat UU untuk industri otomotif," jelas pemimpin Senat Harry Read dalam konferensi pers usai rapat membahas bailout ini.

"Saya merasa takut melihat Wall Street besok. Sepertinya hal ini tidak akan menjadi sebuah pandangan yang menyenangkan. Jutaan warga Amerika, tidak hanya pekerja otomotif, namun juga masyarakat yang menjual mobil, agen dan orang yang bekerja pada otomotif akan terkena dampak secara langsung," ujarnya seperti dikutip dari AFP, Jumat (12/12/2008).

Senator dari Connecticut, Christopher Dod mengatakan, isu utama dari ketidaksepakatan adalah waktu bagi kesamaan gaji pekerja otomotif AS dan asing.

Pemimpin minoritas Republik, Mitch McConnell mengatakan, rekannya di Senat merasa bahwa paket penyelamatan senilai US$ 14 miliar tidak akan menyelamatkan sektor otomotif dari kebangkrutan.

"Tidak ada satu orang pun yang ingin melihat mereka ambruk, namun beberapa diantara kami tidak bisa melakukan apapun dengan dilema yang sudah mereka ciptakan mereka sendiri. Dan sekarang pertanyaannya adalah: Apakah ada jalan keluar?" tegas McConnell.

Kegagalan senat mencapai kesepakatan ini berarti bahwa pemerintah AS harus menunggu hingga tahun depan untuk mencari restu lagi. Padahal House of Representatives atau DPR AS kemarin sudah memberikan persetujuan untuk pemberian dana talangan ini.

Gedung Putih pun kini sedang mengevaluasi opsi lain setelah gagalnya kesepakatan Senat untuk bailout itu. Juru bicara Gedung Putih, Tony Fratto menolak menyebutkan apa saja opsinya. Namun Gedung Putih semula sempat mengusulkan agar bantuan diambilkan saja dari dana talangan sektor finansial senilai US$ 700 miliar yang sudah disetujui sebelumnya.

Masyarakat AS sendiri kini sangat dilematis soal penyelamatan sektor otomotif. Jika tidak diselamatakan, maka kebangkrutan industri otomotif dikhawatirkan memberikan dampak yang luas bagi perekonomian. Big Three yakni General Motors (GM), Ford dan Chrysler secara langsung memiliki karyawan hingga 250.000, sekitar 100.000 orang dari pemasok spare part. Mereka mengatakan, 1 diantara 10 pekerjaan di AS berhubungan dengan sektor otomotif. 

Sementara GM dikabarkan sudah menyewa penasihat kebangkrutan. Namun manajemen GM menegaskan, kebangkrutan bukan sebuah opsi bagi mereka. Wall Street Journal melaporkan, GM telah menyewa Harvey Miller, yang merupakan ahli masalah kebangkrutan dari kantor hukum Weil Gotshal & Manges LP.

Chrysler sebelumnya juga telah menyewa penasihat kebangkrutan dari kantor hukum Jones Day. Para produsen otomotif top AS itu kini sangat membutuhkan dana tunai sebelum 2009.

"Kita sudah lama menyatakan bahwa manajemen mempertimbangkan kebangkrutan, namun kita menyimpulkan bahwa ini bukan lah opsi yang dapat berjalan," ujar juru bicara GM, Tony Cervone seperti dikutip dari Reuters.

www.detikfinance.com

Tidak ada komentar: