Selasa, Januari 20, 2009

Fakta Penting Tentang Bakrie & Brothers

Selasa, 20 Januari 2009

JAKARTA. Sepak terjang Bakrie & Brothers (BNBR) belakangan membuat bingung dan kecewa para pemegang saham minoritas. Berikut merupakan beberapa fakta penting tentang emiten berkode saham BNBR itu.


- Bakrie & Brothers memiliki saham di PT Bumi Resources, PT Bakrie Sumatera Plantations, PT Bakrieland Development, PT Energi Mega Persada dan PT Bakrie Telecom.


- Grup Bakrie didirikan pada 1942 oleh Achmad Bakrie, ayah dari Menkokesra Aburizal Bakrie.

- Pada tahun 1997-1998, seperti halnya perusahaan lokal lain, Bakrie dinyatakan gagal bayar (default) atas utangnya. Pada 2001, BNBR merestrukturisasi utangnya sebesar US$ 1,2 miliar dengan menukarkannya atas sejumlah saham perusahaan.

- Tahun 2001, anak usaha BNBR yakni PT Bumi Resources membeli 80% saham PT Arutmin Indonesia dari BHP Billiton dengan nilai US$ 148 juta. Bumi juga membeli PT Kaltim Prima Coal dari BP dan Rio Tinto senilai US$ 500 juta pada 2003.

- Di tahun 2006, musibah lumpur Lapindo muncul di sebuah kota dekat Surabaya. Para analis dan ahli mengatakan, lumpur tersebut diakibatkan oleh pengeboran tanah yang dilakukan oleh perusahaan milik keluarga Bakrie. Meski demikian, Grup Bakrie menyangkalnya dan menolak bertanggungjawab. Mereka mengatakan, lumpur tersebut terjadi akibat gempa bumi.

- Lumpur tersebut menyebabkan 12 desa terendam lumpur dan sekitar 50.000 orang diungsikan dari tempat tinggalnya. Akibatnya, pemerintah mengharuskan PT Lapindo Brantas membayar ganti rugi kepada korban lumpur senilai Rp 3,8 triliun sebagai kompensasi bagi para korban.

- 2008, BNBR mengonsolidasikan bisnis keluarga Bakrie dengan membeli saham keluarga di Bumi, Bakrieland dan Bakrie Sumatera senilai US$ 5,6 miliar yang didapat dari penerbitan saham baru. 

- Bumi juga mengakuisisi saham mayoritas perusahaan tambang asal Australia Herald Resources senilai US$ 547 juta.

- Kemudian, Bakrie & Brothers meminjam dana sebesar US$ 1,1 miliar dari Oddickson. Selain itu Bakrie juga mencari pinjaman dari JPMorgan dan ICICI India dengan masing-masing pinjaman sebesar US$ 150 juta. Sebagai jaminannya, Bakrie menggadaikan sejumlah saham Bumi, Energi, Bakrieland, Bakrie Sumatera dan Bakrie Telecom. 

- Tepat pada 28 November 2008, Northstar Pacific membeli sekitar US$ 575 juta utang Bakrie & Brothers kepada Oddickson. Sebulan kemudian, Bakrie & Brothers dan Northstar membentuk usaha patungan yang mengontrol 21,4% saham Bumi. 

- Pada Januari 2009, sesaat setelah dilakukannya restrukturisasi utang, Bumi mengakuisisi tiga perusahaan tambang yaitu PT Darma Henwa Tbk, PT Fajar Bumi Sakti dan PT Pendopo Energi Batubara dengan total nilai lebih dari Rp 6 triliun atau US$ 540 juta. 

- Langkah ini membuat pemegang saham minoritas berang dan mempertanyakan langkah yang mereka ambil. 

- Pada 16 Januari, saham Bumi anjlok ke level Rp 385 dari harga tertingginya pada Juni 2008 sebesar Rp 8.750. Adanya penurunan tersebut menimbulkan pertanyaan lain mengenai keputusan Bakrie pada Oktober 2008 yang berniat melakukan program buy back, di mana investor akan mendapatkan bayaran sebesar Rp 2.150 rupiah per saham.

- Investor minoritas juga mempertanyakan penggunaan dana perusahaan untuk membeli kembali saham pada harga lima kali lebih tinggi dibanding harga pembukaan pasar.


www.kontan.co.id

Kamis, Januari 15, 2009

Penjualan Motor 2008 Tembus 6,216 Juta Unit

Kamis, 15 Januari 2009

JAKARTA. Krisis finansial yang melanda Indonesia sejak tiga bulan terakhir di 2008 ikut mempengaruhi daya beli konsumen di sektor otomotif. Salah satu bukti, pengajuan kredit konsumen untuk memiliki motor ikut turun hingga 20 %. Hanya saja, pengaruh penurunan daya beli ini belum mempengaruhi penjualan motor sepanjang 2008.

Tingkat penjualan motor sepanjang tahun 2008 berhasil menembus angka 6,21 juta unit. Jumlah tersebut naik 13% dibanding tahun 2007 yang hanya mencapai 5,5 juta unit.

Dari angka tersebut, penjualan motor Honda mengalami kenaikan 35% menjadi 2,874 juta unit di 2008 dibanding tahun lalu. Pada 2007, Honda hanya mampu membukukan penjualan sekitar 2,14 juta unit. "Dengan prestasi ini, market share kami secara nasional juga meningkat dari 44 % menjadi 46,2 %," kata Direktur Pemasaran Astra Honda Motor (AHM) Johannes Loman, Kamis 15/1 di Jakarta.

Secara umum, Honda memang menjadi market leader untuk penjualan motor secara nasional. .Posisi kedua ditempati oleh Yamaha dengan penjualan 2,465 juta unit dengan menggenggam 39,7 % pangsa pasar. Posisi ketiga ditempati oleh Suzuki dengan penjualan 793.753 unit dengan mengempit 12,8 %. Sisanya, diperebutkan merek lain seperti Kawasaki dan beberapa merek China dengan total penjualan 82.744 unit.

Pada tahun ini, Honda menargetkan terjadi kenaikan market share dari 46% hingga 48%. Hanya saja, Honda harus menghadapi masalah lain. Yaitu, penjualan motor nasional di tahun ini diperkirakan bakal melorot 40 % atau sekitar 4,5 juta unit.

Oleh sebab itu, pada 2009, Honda akan menaikkan harga jual motornya sebesar 2% sampai 2,5%. Besaran kenaikan itu tergantung dari jenis motornya. Dan kenaikan akan sudah terjadi sejak Januari ini pada semua varian Honda. "Untuk kenaikan selanjutnya kami masih memprediksikan situasi pasar saat ini," tandasnya.

Sementara itu, General Manager Promotion and Motorsport Yamaha Motor Kencana Bambang Asmara Budi juga bilang penjualan Yamaha juga mengalami kenaikan di 2008 dari tahun sebelumnya sebesar 30 % atau 2,4 juta unit. Penjualan motor di 2007 hanya mencapai 1,8 juta unit saja. "Dari penjualan 2008, kontribusi terbesar disumbang oleh skuter Mio dengan 35 %, bebek Jupiter 30 %, Vega R 20 % dan sisanya motor sport," tandasnya.

Kenaikan tersebut secara otomatis juga membuat market share Yamaha meningkat dari sebelumnya 37% menjadi 39% pada tahun 2008. Nah pada 2009 mereka akan menargetkan kenaikan market share menjadi 40 %.

Untuk mencapai target, Yamaha sudah menyiapkan beberapa strategi. Diantaranya menggarap komunitas Yamaha yang sudah terbentuk dan menaikkan harga jual produk sebesar 2 %.

www.kontan.co.id

Rabu, Januari 07, 2009

BI Rate Turun Jadi 8,75%

Rabu, 7 Januari 2009

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memotong suku bunga patokannya dalam pertemuan hari ini dan memangkas prediksi inflasinya setelah harga-harga barang naik sedikitnya enam bulan terakhir ini.

BI memangkas suku bunganya dari 9,25% menjadi 8,75%. Besarnya pengurangan suku bunga acuan ini telah diprediksikan oleh 16 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg News.

Bank sentral telah membebek bank sentral lainnya, mengikis suku bunga acuannya untuk mendorong konsumsi domestik. Apalagi, resesi global juga telah mengiris permintaan ekspor dari Asia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengharapkan perekonomian Indonesia akan menggelinding sebesar 5% tahun ini. Angka ini merupakan yang paling mini sejak 2002.

"Penyusutan suku bunga patokan ini membuat bank-bank komersial harus menyesuaikan diri dengan memendekkan jarak suku bunganya dan memiliki dampak yang lebih besar terhadap bunga kredit untuk menopang bisnis domestik," kata Enrico Tanuwidjaja, ekonom Oversea- Chinese Banking Corp. di Singapore.

Menurut Enrico, pemotongan bulan lalu hanyalah awal dari kebijakan moneter untuk menenangkan siklus (perekonomian-red).

Menguatnya rupiah terhadap dolar AS bulan lalu memberi ruang bagi bank sentral untuk menyusutkan biaya peminjaman. Mata uang rupiah telah kembali menyusutkan penguatan hari ini setelah keputusan pemangkasan BI Rate diumumkan, dan diperdagangkan di level Rp 10.950 per dolar AS. sebelum pengumuman, rupiah diperdagangkan Rp 10.880 per dolar AS.

Pada awal Desember lalu, bank sentral telah meringkas suku bunga patokannya dari 9,5% menjadi Rp 9,25%. Itu merupakan pemangkasan pertama dalam setahun.

Pengurangan biaya pinjaman ini tidak bisa mengerem laju penurunan penjualan Toyota Motor Corp. di pasar lokal.

www.kontan.co.id