Rabu, Februari 18, 2009

Trump Entertainment Bangkrut

Rabu, 18/02/2009

Chicago
- Trump Entertainment Resorts Inc, operator kasino terkemuka AS milik Donald Trump bangkrut. Resesi dan turunnya pendapatan dari bisnis perjudian menjadi pemicu bangkrutnya salah satu bisnis Donald Trump ini.

Pendaftaran kebangkrutan untuk ketiga kalinya ini dilakukan setelah sejumlah restrukturisasi dilakukan sejak tahun 2005. Trump Entertainment memiliki dan mengoperasilan 3 hotal kasino d Atlantic City, New Jersey termasuk juga Trump Taj Mahal, Trump Plaza dan Trump Marina.

Perusahaan memang tidak pernah meminta utangan untuk membiayai operasional di masa restrukturisasi dan menegaskan tetap beroperasi dengan normal.

"Pendaftaran kebangkrutan ini merupakan hasil dari perubahan yang tidak cepat dalam operasional harian kami dan kami berharap tidak membuat perubahan dengan mempertimbangkan struktur operasional kami atau filosofinya," ujar Chief Executive Trump Entertainment, Mark Juliano dalam pernyataannya seperti dikutip dari Reuters, Rabu (18/2/2009).

Sembilan afiliasi operator kasino itu termasuk Trump Plaza Associates, Trump Marina Associates dan Trump Taj Mahal Associates secara serentak juga akan meminta perlindungan kebangkrutan.

Trump tercatat memiliki aset US$ 2,1 miliar dan total utang hingga US$ 1,74 miliar per 31 Desember 2008. Trump mendaftarkan perlindungan kebangkrutan di pengadilan distrik New Jersey.

Pendaftaran kebangkrutan ini memang sudah banyak diprediksi setelah Trump tak bisa membayar bunga obligasinya pada 1 Desember sebesar US4 53,1 juta.

Pendaftaran kebangkrutan itu terjadi beberapa hari setelah pendiri Trump Entertainment, Donald Trump mengundurkan diri karena tidak sepaham dengan para pemegang obligasinya yang menginginkan kebangkrutan. Namun Donald Trump tidak menyebutkan kapan persisnya dia mengundurkan diri. Putrinya, Ivanka Trump juga mengundurkan diri.

Trump, jutawan kaya raya nan flamboyan ini menyatakan bahwa nilai perusahaan yang bangkrut itu tak sampai 1% dari nilai kekayaannya. "Investasi disana tidak lagi berharga bagi saya sekarang," katanya.

www.detikfinance.com

Selasa, Februari 17, 2009

Secuil kisah Jogja - Cilacap


Minggu, 15 Februari 2009 kemaren saat mau pulang ke Cilacap pake Efisiensi dari Jogja pengennya bisa dapet pemberangkatan jam 16.00 eh ternyata sampe Giwangan jam 15.50 dan bus sudah penuh. Ya sudah, menunggu saja yang pemberangkatan berikut jam 17.00 dapet Sprinter Adiputro dengan mesin Hino RG, drivernya Pak Gunawan. Beruntung akhirnya bisa dapet seat persis di belakang driver (jaminan bakal dapet view ok dan bisa ngeliat setiap "atraksi" driver hehehehe). Sambil menunggu dan berusaha membunuh waktu, iseng2 jalan2 di jalur pemberangkatan eh ternyata di jendela kiri Efisiensi Jogja-Purwokerto New Travego Adiputro pemberangkatan jam 16.30 sudah ada stiker pernah "disinggahi" bismania. Jadi inget kalo tanggal 28 Februari ada gathering di Jogja. Pengen ikutan, tapi jadwalnya kebentur sama acara lain ngga ya?

Senin, Februari 16, 2009

Ekonomi RI Mulai Melambat, Kuartal IV Hanya Tumbuh 5,2%

Senin, 16/02/2009

Jakarta - Perekonomian Indonesia mulai melambat dan selama tahun 2008 tumbuh sebesar 6,1%. Tanpa memasukkan pertumbuhan sektor migas, maka perekonomian Indonesia 2008 mencapai 6,5%.

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor komunikasi, pengangkutan 16,7%, sementara terendah adalah pertambangan dan pergalian 0,5%.

Demikian disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan dalam konferensi pers di kantornya, Jalan DR Sutomo, Jakarta, Senin (16/2/2009).

"Satu hal yang ingin saya sampaikan, tema kita adalah pertumbuhan ekonomi kita melambat. Kuartal IV secara year on year memang jauh di bawah 6%. Gejala-gejala perlambatan sudah terlihat dari rilis-rilis sebelumnya, ekspor kita melambat bahkan negatif," urainya.

Untuk pertumbuhan ekonomi selama kuartal IV-2008 tercatat minus 3,6% secara q to q dan 5,2% secara year on year.
"Kenapa minus? Ini tidak surprise, karena dalam 3 tahun terakhir memang triwulan IV itu selalu kontraksi terhadap triwulan III. Jadi ini bukan hal yang luar biasa. Tahun 2007 dan 2006 sama pengalamannya. Kenapa? Karena ada siklus terutama di pertanian terutama padi, bukan musim panen. Industri juga sebetulnya kontraksi," urai Rusman.

"Tetapi persoalannya, karena krisis ekonomi sudah menjalar ke Indonesia, kontraksi yang dialami jauh lebih dalam," tambah Rusman.

Ia mengungkapkan, pada kuartal IV-2006 juga terjadi kontraksi 1,85%, dan tahun 2007 kontraksi 2,5%. Rusman menambahkan, industri juga mengalami kontraksi pada kuartal IV, dibandingkan kuartal III-2008. Ia juga menekankan pada triwulan IV-2008, krisis sudah mulai berdampak ke Indonesia yang terlihat pada angka ekspor.

Negara yang ekonominya ditunjang ekspor, semuanya tidak ada yang mengatakan pertumbuhan ekonominya positif. "Tapi Indonesia masih lebih baik daripada negara lain," kata Rusman.

Departemen Keuangan (Depkeu) sebelumnya mencatat pertumbuhan ekonomi 2008 sebesar 6,2 persen seiring terjadinya perlambatan di kuartal IV-2008. Namun angka tersebut berarti lebih rendah dibandingkan asumsi dalam APBNP 2008 sebesar 6,4%.

www.detikfinance.com

Rabu, Februari 11, 2009

Masyarakat Masih Percaya Ekonomi 2009

Rabu, 11 Februari 2009

JAKARTA. Masyarakat dan dunia usaha masih optimis dengan kondisi perekonomian Indonesia 2009. Selain itu mereka juga mendukung meningkatnya partisipasi pemerintah dan pengetatan regulasi terhadap dunia usaha, setuju pemerintah lebih berperan aktif dalam mengintervensi dunia perbankan dan berharap dunia usaha mampu bermitra dengan pemerintah juga pihak ke tiga untuk mengatasi isu global.

Hal itu merupakan hasil survei Edelman Trust Barometer 2009 yang dilaksanakan selama November-Desember 2008. Survei dilakukan pada 4.475 responden yang dipilah menjadi dua kelompok responden elit informasi, yakni responden berusia 25-34 tahun dan 35-64 tahun.

Dalam laporannya, dunia usaha dinilai ikut bertanggungjawab menyelesaikan isu-isu ekonomi global seperti biaya energi, penyelesaian krisis keuangan, termasuk perubahan iklim dan akses layanan kesehatan. Sehingga dunia usaha harus meningkatkan koordinasi dengan pemerintah.

Direktur IndoPacific Edelman Aditya Chandra mengatakan, sekitar 82% responden menilai peran dunia usaha mengatasi isu-isu itu tidak bisa diabaikan kendati mereka sepakat bahwa pemerintah merupakan pihak paling bertanggung jawab. "88% responden percaya bahwa pemerintah sangat bertanggung jawab, dan 87% mengatakan kalangan bisnis yang sangat bertanggung jawab," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Optimisme terhadap dunia usaha ditujukkan dengan adanya 66% responden Indonesia menyatakan kepercayaan yang sama atau lebih tinggi terhadap dunia usaha dibandingkan tahun sebelumnya. Ini berbeda dengan tingkat kepercayaan di negara-negara maju yang turun drastis menyusul krisis finansial global akhir 2008 lalu.

Secara sektoral, teknologi merupakan industri paling dipercaya melakukan hal yang benar oleh 88% responden. Kepercayaan terhadap industri perbankan di Indonesia menunjukkan tren yang berlawanan dengan tren global. Sebanyak 82% responden di Indonesia menyatakan bahwa perbankan merupakan salah satu dari tiga institusi yang dipercaya, sedangkan responden global hanya 47%.

Kondisi ini menggambarkan bahwa industri perbankan di Indonesia tidak mengalami kegagalan sistemik seperti yang terjadi di negara-negara maju. Walaupun begitu ia mengingatkan bahwa kepercayaan ini bersifat dinamis. Untuk itu dunia usaha harus tetap aware perubahan kondisi. "Kalau tidak mengambil kebijakan secepatnya, kepercayaan publik akan berkurang," katanya.

Ia menambahkan, kalangan bisnis di Indonesia perlu mengevaluasi kembali cara mereka berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan. Untuk mempertahankan kepercayaan, hal yang paling penting bagi pelaku usaha adalah lebih taat pada peraturan tata kelola perusahaan, mengkomunikasikan kebijakan dan kepatuhan perseroan secara lebih jelas serta bermitra kepada pemerintah bukan mengambil sikap oposisi.

www.kontan.co.id

Jumat, Februari 06, 2009

Pertahankan Margin Bunga, Bank Enggan Turunkan Bunga Kredit

Jumat, 6 Februari 2009

JAKARTA. Dalam tiga bulan terakhir, Bank Indonesia (BI) telah memangkas BI rate 125 basis poin atau 1,25% menjadi 8,25%. Sayang, demi mempertahankan margin bunga atau net interest margin (NIM) yang tinggi, suku bunga bank belum banyak bergerak turun.

Saat ini masih ada bank yang mematok suku bunga kredit sebesar 23%. "Saya dengar, ada bank yang NIM-nya masih 10%. Itu kan tidak wajar," ujar Purbaya Yudhi Sadewa, Kepala Ekonom Danareksa Research Institute (DRI).

Namun, dengan BI rate yang sudah turun lumayan besar, beberapa bankir tak urung berpikir untuk mulai menurunkan tingkat bunga kreditnya. Bahkan, menurut seorang bankir, di kalangan bank kelas menengah justru terjadi kecenderungan mencuri start dalam menurunkan bunga kredit. Tujuannya adalah untuk merebut pangsa pasar.

Direktur Utama BRI Sofyan Basir mengaku akan segera menghitung penurunan bunga di banknya. "Tapi kita masih menunggu deposito yang akan jatuh tempo dua minggu lagi," ujar Sofyan, kemarin (5/2).

Jadi, penurunan bunga pun baru bisa dilakukan paling banter satu bulan kemudian. Tapi, Sofyan memberi ancar-ancar penurunan bunga kredit itu akan mendekati 50 basis poin atau setara dengan nilai penurunan BI rate terakhir.

Tak mau ditinggal nasabahnya, Bank UOB Buana pun tak akan mengulur-ulur waktu untuk menurunkan bunga kreditnya yang kini bergerak di kisaran 15%. "Baik bunga kredit maupun deposito akan turun paling tidak sebulan lagi," ujar Safrullah Hasi Saleh, Direktur Bisnis Bank UOB Buana.

Sementara itu, Bank OCBC NISP mengaku telah menurunkan suku bunga kreditnya pada awal Februari lalu. Alhasil, bunga kredit di Bank OCBC NISP turun antara 0,5%-1% dari kisaran 15%-17%.

Namun, menurut Direktur Utama Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja, penurunan bunga itu belum mencerminkan penurunan BI rate pada Februari ini.

Karena itu, kini Bank OCBC NISP kini bersiap untuk memangkas tingkat bunga depositonya dari kisaran 13% ke kisaran 12%.

www.kontan.co.id